Ibarat pisau bermata dua, ia bisa menjadi organ tubuh paling taat, atau menjadi yang paling bermaksiat. Mendorong pemiliknya untuk mengorbankan jiwa dan raga, atau membujuknya menjadi pecundang, memotivasi kekerasan tanpa belas, atau pengabdian tanpa batas.
Ialah yang menentukan hitam-putihnya akhlak seseorang. Ia pula yang menjadi barometer “keberesan” seluruh anggota badan. “Jika ia baik, maka baiklah seluruh raga. Namun jika buruk, buruk pulalah seluruh raga,” demikian sabda Nabi. Oleh sebab itu, perbaikilah dan penjagaan kondisi hati merupakan kebutuhan tak terelakkan.